LAUT KITA BUKAN TEMPAT SAMPAH

laut kita sumber potensi masa depan, Bukan TEMPAT SAMPAH...

Rabu, 28 Maret 2012

tertawa dan menagis


"Orang yang melakukan dosa dalam keadaan tertawa akan dijebloskan ke dalam Neraka dalam keadaan menangis dan orang yang melakukan ketaatan dalam keadaan menangis akan dimasukkanoleh Allah ke Surga dalam keadaan tertawa."—(Ahli Zuhud)
Tertawa dan menangis adalah aktivitas fisik khas manusia. Bagi manusia, keduanya bersifat asasi, muncul sejalan dengan kemanusiaannya, sebagai fithrahnya yang orisinal. Dalam kehidupan keseharian, keduanya menjadi 'bahasa' komunikasi seseorang yang mengungkapan rasa cinta dan kegembiraan atau rasa kecewa dan kesedihan yang memenuhi suasana batinnya.
Kemelekatan tertawa dan menangis dengan kemanusiaan dinyatakan oleh Sang Pencipta dalam wahyu-Nya, "Dan bahwasannya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis." (QS. al-Najm [53] : 43). Manusia yang tak dapat tertawa dan menangis dinilai sebagai makhluk yang berhati batu.
Sebagai aktivitas fisik, tertawa atau pun menangis adalah akibat, bukan sebab. Pada umumnya ada stimulus (rangsangan) atau triger (pencetus) tertentu, seperti peristiwa sosial berupa kesenangan, kegembiraan, kebaikan, kejelekan, kemalangan, kelucuan, atau kekonyolan, yang membuat situasi batin seseorang gembira atau sedih.
Oleh sebab itu, normalnya, tertawa atau menangis, merupakan cermin otentik situasi batin. Ketika situasi batin seseorang sedang diliputi suasana kegembiraan, ia lantas bisa tertawa. Sebaliknya ketika situasi batinnya diliputi kesedihan, ia lantas menangis. Akan tetapi dalam hal menghadapi stimulus atau triger tersebut, bahkan dengan pemicu yang sama, kepekaan seseorang bisa berbeda-beda.
Ada yang begitu pekanya sehingga ia mudah tertawa atau menangis. Tetapi, ada pula yang tidak, sehingga ia tak mudah tertawa atau menangis. Bahkan orang-orang tertentu dapat “tertawa” dalam situasi batin yang penuh kesedihan dan “menangis” dalam situasi batin yang penuh keriangan. Misalnya orang yang terkena penyakit diskongruen, yaitu ketidakselarasan antara yang dirasakan dengan yang diungkapkan.
Oleh sebab tertawa dan menangis melekat dengan karakteristik kemanusiaan, maka banyak manfaat yang lahir dari keduanya. Misalnya, bagi kesehatan ruhani dan jasmani. Tertawa dapat memperkokoh kesehatan dan menangis dapat menjadi pintu untuk menumpahkan beban yang berat yang menyesakkan dada.
Dalam hadis, banyak riwayat yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad Saw tertawa ketika menemukan sesuatu yang menyenangkannya dan bahkan sering bersenda gurau meskipun tidak sampai melewati batas yang hak.
Nabi Sulaeman juga dikisahkan dalam al-Quran tertawa ketika beliau mendengar teriakan seekor semut yang mengomandoi kawan-kawannya untuk masuk sarang agar tidak terinjak Nabi Sulaeman dan bala tentaranya.
قَالَتْ يَا أَيُّهَا المَلَأُ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ ﴿٢٩﴾
“Maka Dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu.” (QS. al-Naml [27] : 19)
Dalam Islam, baik tertawa atau pun menangis harus proporsional, pada tempatnya, dan tetap berada dalam batas-batas kesopanan dan kebenaran. Tegasnya, tidak boleh melampaui batas-batas kewajaran yang dibenarkan agama.
Dalam hal tertawa misalnya, tidak boleh menertawakan kemalangan orang lain. Atau dalam hal menangis, karena ditinggalkan orang yang dicintainya tidak boleh sampai ke tingkat meratap apalagi sampai meraung-raung.
Sesungguhnya hidup itu sebuah pilihan. Pilihan untuk taat kepada kehendak-kehendak Allah Swt yang tertuang dalam wahyu-Nya. Apa pun resiko yang akan dihadapi. Atau, melakukan dosa pembangkangan terhadapnya, pilihan untuk Dunianya atau untuk Akhiratnya. Sedangkan pilihan seseorang mencerminkan tingkat kualitas dan kecerdasan intelektualitas dan spiritualitasnya.
Misalnya dalam menjatuhkan pilihan antara kepentingan Dunianya dan kepentingan Akhiratnya. Menghadapi pilihan itu, banyak manusia yang bersikap terrbalik. Tidak selaras dengan hakikat Dunia dan hakikat Akhirat.
Kalau kita amati dengan seksama, banyak orang yang begitu antusias menyongsong Dunia sedangkan hakikat Dunia yang sedang disongsongnya itu, dengan sangat meyakinkan, sedang berproses meninggalkan diri mereka.
Banyak pula orang yang membelakangi Akhiratnya. Padahal setiap diri, pada hakikatnya, mereka sedang menuju dan menyongsongnya. Rasulullah Saw bersabda,
”Manusia yang paling cerdas ialah yang terbanyak mengingat kematian dan yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka itulah orang yang benar-benar cerdas, dan mereka akan pergi ke Akhirat dengan membawa kemuliaan Dunia dan kemuliaan Akhirat. (HR. al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim)
Ketika seseorang telah menjatuhkan pilihannya dan kemudian menindaklanjutinya dalam bentuk perbuatan, maka pilihan dan perbuatannya itu lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Selanjutnya kebiasaan itu, secara terus-menerus, berproses di dalam dirinya hingga membentuk kepribadiannya yang khas.
Kepribadian seseorang itu sangat dipengaruhi oleh nilai yang diserapnya melalui penghayatan yang kemudian membentuk visi pribadinya yang kemudian mengendap ke wilayah kalbunya. Visi yang mengendap itu kemudian membentuk suasana kejiwaannya yang khas pula, yang secara keseluruhan wujud dalam bentuk mentalitas yang disebut sikap.
Sikap tersebut terus berproses dalam diri seseorang sejalan dengan realitas aktual yang dihadapinya dan seterusnya mengalir ke wilayah fisik hingga melahirkan tindakan atau perbuatan. Ketika sikap dan tindakanya menjadi dominan, maka secara akumulatif mempengaruhi kehidupannya hingga membentuk citra diri yang khas.
Atas dasar itu, seseorang bisa jadi akan tertawa terbahak-bahak ketika ia melakukan dosa dikarenakan citra dirinya sebagai pendosa telah membuatnya merasa senang dan bahkan bangga berlumur dosa. Dia akan kehilangan kepekaan emosinya terhadap nilai-nilai kebaikan. Pada umumnya orang yang merasa senang dan bangga dengan kemaksiatan yang dilakukannya akan mengalami kesukaran untuk membebaskan diri dari perbuatan dosa.
Ketika seseorang atau sebuah masyarakat sudah sampai ke tingkat berbangga dengan kemaksiatan yang dilakukannya, maka azab Allah pasti akan menerjangnya dengan amat dahsyat, yang mengakibatkan dirinya dilanda penyesalan untuk selama-lamanya. Firman-Nya:
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا ﴿٦٦﴾ وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا ﴿٦٧﴾ رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا ﴿٦٨﴾
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balik di Neraka, mereka berkata, ‘Alangkah baiknya, andai kami taat kepada Allah dan taat kepada Rasul.’ Dan mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu meraka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpahkan kami kepada mereka adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan besar.” (QS. Al-Ahzab [33] : 66-68)
Sebaliknya, orang yang pilihannya jatuh pada ketaatan kepada kehendak-kehendak-Nya dan ketaatan itu telah membentuk kepribadiannya yang khas, maka ia akan menjadi orang shalih, pribadi yang konsisten dalam menjalankan aturan agama Allah. Apa pun resiko yang diterimanya ia akan tetap berada dalam ketaatan.
Meskipun resiko yang dia tanggung akibat ketaatannya itu menyebabkan dirnya harus berderai air mata karena kesedihan yang dideritanya. Namun, ia tetap bergeming dalam ketaatan kepada-Nya.
Keteguhannya itu diperkokoh dengan keyakinan akan pembalasan Allah yang sangat baik di Akhirat kelak.
“Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati".
"Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) Surga dan (pakaian) sutera, di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. Dan naungan (pohon-pohon Surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya".
"Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. Di dalam Surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (yang didatangkan dari) sebuah mata air Surga yang dinamakan salsabil".
"Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan. Dan apabila kamu melihat di sana (Surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar ".
"Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan). Kafur ialah nama suatu mata air di Surga yang airnya putih dan baunya sedap serta enak sekali rasanya.” (QS. al-Insan [76] : 5-22)
Wallahu A’lam.

yuuk, sehat dengan tertawa




Ghiboo.com - Setiap orang pasti akan tertawa beberapa kali setiap hari. Mendengarkan lelucon, menonton film komedi atau membaca cerita lucu dengan mudah membuat kita tertawa.
Tertawa ternyata tak hanya mengungkapkan perasaan bahagia, namun juga membuat tubuh menjadi lebih sehat. Berikut ini beberapa manfaat dari tertawa yang bisa Anda rasakan bagi kesehatan.

1. Tertawa membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan meningkatkan jumlah antibodi yang memproduksi sel T. Sel-sel ini membantu tubuh melawan virus dan tumor.
2. Tertawa membantu penderita hipertensi karena dapat menurunkan tekanan darah. Tertawa juga mengurangi kadar hormon kartisol yang menghalangi proses penyembuhan penyakit dan juga membantu menstabilkan tingkat gula darah.
3. Tertawa merangsang perubahan zat kimia dalam otak yang membantu menahan tubuh terhadap efek kumulatif dari stres.
4. Tertawa membantu membakar kalori. Menurut penelitian, tertawa 10-15 menit setiap hari dapat membakar kalori hingga 40 kalori. Tertawa juga meningkatkan denyut jantung dan mempercepat metabolisme yang memengaruhi berat badan.
5. Tertawa merangsang otak untuk memproduksi hormon endorfin, yang membantu menaikkan suasana hati seseorang dan membuat perasaan bahagia.
6. Tertawa membantu mengurangi peradangan di seluruh tubuh, sehingga baik bagi kesehatan jantung, otak dan peredaran darah.
7. Tertawa menjadi 'pijat' bagi organ internal karena efeknya mirip dengan melakukan olahraga.
8. Tertawa juga memberikan latihan ringan untuk jantung, paru-paru, diagfragma dan bahkan otot-otot perut.
9. Tertawa membantu melepaskan ketegangan di otot-otot wajah, leher, bahu dan perut, dimana semua bagian tubuh ini sering mengalami ketegangan akibat rutinitas sehari-hari.
10. Tertawa itu menular. Orang yang tertawa atau melucu dengan membuat lelucon akan mengundang tawa sehingga meningkatkan semangat dan menciptakan energi positif bagi orang-orang sekitarnya.

ketentuan Allah yang terbaik


Di dalam suatu organisasi ataupun perusahaan mengenal adanya perencanaan. Perencanaan untuk menjalankan roda organisasi atau perusahaan. Perencanaan ini dipikirkan oleh segelintir orang, dalam artian bahwa yang mengonsep perencanaan adalah para pemimpin oraganisasi maupu perusahaan. Para pemimpin ini menyusun perencanaan strategi untuk mengembangkan organisasi atau perusahaannya agar dapat memberikan pengaruh yang lebih kepada masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang memiliki anugrah dari Allah untuk dapat menjalankan amanah mengembangkan organisasi atau perusahaan yang dipimpin.
Namun ada yang sering terlupa dari diri manusia.  Rencana kehidupan mereka yang telah mereka susun untuk 5 tahun, 10 tahun maupun 20 tahun mendatang adalah tidak lepas dari rencana Allah kepada manusia itu sendiri. Allah telah menetapkan di Lauh Mahfuz akan perjalanan hidup seseorang. Rezeki, jodoh dan mati telah Allah tentukan perjalanannya. Manusia hanya bisa merencanakan kemudian berikhtiar dan tawakal sembari juga berusaha dan berdo’a agar rencana yang telah disusun dapat berjalan dengan baik.
Perlu diketahui bahwa apa yang telah manusia rencanakan terkadang tidak sesuai. Ketidaksesuaian ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor internal seperti tidak berikhtiar dan tawakal, tidak pernah berusaha dan berdo’a, usaha yang dilakukan tidak maksimal, kecendrungan untuk pasrah dan menyerah, dll. Ini merupakan rencana yang telah tersusun tidak tercapai dan kadang tidak dilaksanakan.
Namun bila kita telah berdo’a dan berusaha kemudian juga berikhtiar dan tawakal, perencanaan yang telah kita susun ternyata juga tidak tercapai maka berarti Allah belum memberikan jalan. Allah telah menetapkan di setiap diri hamba-Nya akan nasib mansia di bumi. Dan setiap ketetapan dari Allah, maka itu merupakan ketetapan yang terbaik bagi hamba-Nya. Karena Allah telah merencanakan skenario hidup pada setiap manusia dan skenario ini merupakan yang terbaik. Tinggal manusia mau memahami atas setiap ketetapan yang telah Allah berikan kepada kita
Allah akan memberikan yang terbaik bagi manusia yang beriman dan bertaqwa. Setiap perjalanan hidup ini, perlu kita ketahui dan pahami bahwa ini merupakan rencana Allah. Dan rencana Allah merupakan rencana yang terbaik. Setiap ketentuan yang telah Allah berikan bagi manusia, hendaknya menjadikan manusia untuk selalu berikhtiar dan bertawakal kepada Allah. Agar kita termasuk orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Dan janji Allah atas orang yang beriman dan bertaqwa adalah Jannah -Nya di Akhirat kelak.
Wallahualam bishowab.